Jam

Selasa, 14 Desember 2010

Filsafat Patistrik

BAB I
PENDAHULUAN

Timbulnya agama Kristen pada awal abad Masehi menyebabkan filsafat di barat menduduki tempat yang baru. Di samping hikmat hidup yang dikemukakan oleh filsafat timbullah hikmat hidup yang dikemukakan oleh agama Kristen. Keduanya bukan hidup secara damai dan berdampingan, melainkan berkonfrontasi. Konfrontasi ini sebenarnya sudah tampak di dalam Kitab Suci Kristen sendiri. Tampillah orang-orang seperti rasul Paulus dan rasul Yohanes, yang menghadapkan kepercayaan Krsten dengan kepercayaan yang bukan Kristen pada waktu itu. Sejarah menunjukkan suatu pergumulan yang menentukan hidup dan mati agama baru ini. Di mana-mana Agama Kristen ditentang, baik oleh penguasa maupun oleh para pemikir pada waktu itu.
Semua para pengikut agama Kristen memang terdiri dari orang-orang sederhana, dari golongan rakyat jelata, yang bukan ahli pikir. Oleh karena itu semula tiada pembelaan secara filsafati. Akan tetapi kemudian masuklah juga orang-orang dari golongan atasan, ahli pikir, menjdi pengikut agama Kristen. Sejak saat itu bangkitlah para ahli pikir Kristen, yang menentukan sikap mereka terhadap filsafat Yunani.
Zaman ini disebut zaman Patristik (dari kata Latin pater = bapa; yang dimaksud adalah para bapa gereja). Zaman ini meliputi zaman di antara para rasul abad pertama hingga kira-kira abad ke-8. Para pemikir Kristen pada zaman Patristik mengambil sikap yang bermacam-macam. Adayang menolak sama sekali filsafat Yunani, karena dipandang sebagai hasil pemikiran manusia semata – mata, yang setelah ada wahyu ilahi dianggap tidak diperlukan lagi, bahkan berbahaya bagi iman Kristen. Akan tetapi ada juga yang menerima filsafat Yunani, karena perkembangan pemikiran Yunani itu dipandang sebagai persiapan bagi Injil. Kedua macam sikap ini sebenarnya masih tetap menggema di zaman pertengahan.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Yustinus Martir
1. Riwayat Hidup
Yustinus (103-165) adalah salah seorang penulis Kristen paling terkenal lewat karyanya Liber Apologeticus - "Apologi Pertama". Pada akhir hayatnya ia menjadi martir sehingga namanya disebut sebagai Yustinus Martir.
Sejak awal, gereja berperan di dua dunia yang berbeda, dunia orang Yahudi dan dunia non-Yahudi. Kisah Para Rasul (menceritakan sejarah gereja Kristen muda setelah diangkatnya Yesus Kristus ke surga) menggambarkan lambannya dan kadang-kadang sakitnya perkembangan kekristenan di kalangan orang-orang bukan Yahudi. Petrus dan Stefanus (salah satu dari dua belas rasul Yesus) mengadakan pekabaran Injil kepada orang-orang Yahudi, sedangkan Paulus (tokoh penting dalam merumuskan ajaran Yesus) kepada filsuf-filsuf Athena dan para penguasa Romawi.
Dalam banyak hal, kehidupan Yustinus mirip dengan kehidupan Paulus. Rasul ini adalah orang Yahudi yang lahir di daerah bukan Yahudi, sedangkan Yustinus adalah orang bukan Yahudi yang lahir di daerah Yahudi. Keduanya terpelajar dan tangguh berargumentasi untuk meyakinkan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi akan kebenaran Kristus. Keduanya mati syahid di Roma (Italia) karena keyakinan mereka.
Menjelang pertengahan abad kedua, di bawah pemerintahan yang adil oleh para kaisar seperti Trajanus, Antoninus Pius dan Marcus Aurelius, gereja mulai membuka diri pada dunia luar untuk meyakinkan keberadaannya. Yustinus menjadi salah seorang apologist (orang yang mempertahankan pendiriannya dalam argumentasi) Kristen pertama, yang menjelaskan imannya sebagai sistem yang masuk akal. Bersama-sama penulis lain, seperti Origenes dan Tertulianus, ia menafsirkan kekristenan dalam istilah-istilah yang mudah dikenal orang-orang Yunani dan Romawi terpelajar pada masa itu.
2. Ajaran Filsafat
Karya tulis Yustinus, "Apologi Pertama", ditujukan pada Kaisar Antoninus Pius (dalam bahasa Yunani berjudul Apologia, yaitu suatu kata yang mengacu pada logika yang menjadi dasar kepercayaan seseorang).
Seperti Paulus, Yustinus tidak meninggalkan orang-orang Yahudi ketika ia berpaling kepada orang-orang Yunani. Dalam karya besar Yustinus lainnya, "Dialog dengan Tryfo", ia menulis kepada seorang Yahudi kenalannya, bahwa Kristus adalah penggenapan tradisi Ibrani.
Di samping menulis, Yustinus mengadakan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanannya ia selalu berargumentasi tentang iman yang diyakininya. Di Efesus (Asia Kecil), ia bertemu dengan Tryfo. Di Roma, ia bertemu Marcion, pemimpin Gnostik. Pada suatu perjalanannya ke Roma, ia pernah bersikap tidak ramah terhadap seseorang yang bernama Crescens, seorang Cynic. Ketika Yustinus kembali ke Roma pada tahun 165, Crescens mengadukannya kepada penguasa atas tuduhan memfitnah. Yustinus pun ditangkap, disiksa dan akhirnya dipenggal kepalanya bersama-sama enam orang percaya lainnya.
Ia pernah menulis, "Anda dapat membunuh kami, tetapi sesungguhnya tidak dapat mencelakakan kami." Keyakinan ini ia pegang sampai mati. Dengan demikian ia telah meraih nama yang disandangnya sepanjang masa: Yustinus Martir.

B. Klemens
1. Riwayat Hidup
Klemens berasal dari Aleksandria (± 150 – 215) adalah seorang bapa gereja (sebutan bagi para teolog dan pujangga yang berpengaruh dan hidup di era awal Gereja Kristen, khususnya mereka yang hidup pada lima abad pertama dalam sejarah Agama Kristen) dari Gereja Timur pada periode Gereja Purba dan termasuk aliran yang disebut mashab Aleksandria. Ia dilahirkan pertengahan abad ke-2 di Athena ( Yunani ). Orang tuanya tidaklah beragama Kristen (sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih ) sehingga Klemens pada awalnya tidak mengenal agama Kristen. Ia berkelana untuk belajar dari berbagai macam guru, dan saat itulah ia berkenalan dengan Pantaenus di Aleksandria, sehingga masuk agama Kristen. Klemens kemudian menggantikan gurunya untuk memimpin sebuah sekolah di Aleksandria. Ketika muncul penganiayaan terhadap orang-orang Kristen ( penganiayaan agama yang dilakukan terhadap orang-orang Kristen sebagai konsekuensi dari kesaksian iman mereka, baik yang terjadi di masa lalu maupun pada era sekarang) di Aleksandria pada tahun 202, Klemens melarikan diri dari sana. Setelah itu, keberadaan Klemens hanya diketahui dari dua buah surat yang dikirimkannya pada tahun 211 dan 215. Pada waktu itu Aleksandria menjadi pusat internasional.
2. Ajaran Filsafat
Salah satu pemikiran Klemens yang penting adalah usahanya untuk membangun hubungan yang baik antara iman Kristen dengan filsafat ( studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar ). Pada waktu itu, kebanyakan orang takut untuk menghubungkan keduanya karena akan dianggap sesat. Upaya Klemens didasarkan kepada pertimbangan bahwa kalau gereja menutup diri terhadap kebudayaan dan filsafat Yunani, maka gereja akan tertutup bagi orang-orang yang berpendidikan.
Nilai filsafat Kristen Aleksandria pada waktu itu adalah bahwa kesatuan agama Yahudi dn agama Kristen dipertahankan, sehingga Allah bangsa Yahudi diidentikkan dangan Allah orang Kristen ( menentang Marcion ), dan filsafat Yunani diperhambakan kepada perkembangan teologi Kristen, tanpa jatuh kepada kesalahan Gnostik. Sekalipun demikian, harus diakui bahwa ada kekurangan – kekurangannya, yaitu : filsafat Kristen terlalu bersikap spekulatif, sehingga kehilangan kenyataan yang sebenarnya, telalu terpesona oleh Plato dan Philo dan terlalu banyak dipengaruhi oleh Stoa (sekelompok masyarakat pada zaman Yunani Kuno yang berhasil mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistimatis) Firman itu meresap ke dalam segala sesuatu, mengatur dan memimpin jagat raya sebagai akal dan jiwanya. Semua manusia, khususnya para filsuf, menjadi peserta dalam Firman ilahi itu. Dengan pendekatannya itu Klemens mengkristenkan suatu gagasan yang amat penting dalam alam pikiran Yunani.
Klemens tidak bebas dari kekelilruan itu. Beberapa tahun ia menjadi dosen di sekolah kateketik di Aleksandria. Kemudian ia harus melarikan diri karena adanya penghambatan dari Kaiasar Septimius Saverus.


BAB III
KESIMPULAN

Filsafat barat abad pertengahan diawali filsafat Eropa (selama 5 abad), muncullah filsafat Eropa sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama kristen sehingga membentuk suatu formulasi baru. Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah:
1. cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja;
2. berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles;
3. berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehi¬dupan/sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manu¬sia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.



DAFTAR PUSTAKA
• Hadiwijono, Harun. 2005. Sari Sejarah Filsafat Barat I. Penerbit: Kanisius. Yogyakarta.
• http://en.wikipedia.org/wiki/Justin_Martyr
• http://arjonson-abd.blogspot.com/2009/08/filsafat-barat-abad-pertengahan.html

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More